Dalam artikel
bertajuk Islam Arab Atau Islam Tiongkok?
yang ditulis oleh Bonnie Triyana, dikatakan bahwa ada dua teori klasik tentang
penyebaran islam di Nusantara. Pertama, dikemukakan oleh Niemann dan de
Holander yang menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh pedagang Timur Tengah. Kedua,
adalah teori pedagang Gujarat yang diusung oleh Pijnapel dan kemudian diteliti
lanjut oleh Snouck Hurgronje, Vlekke, dan Schrieke.
Namun
ada satu versi lagi yaitu Pedagang dari Chinalah yang justru menyebarkan Islam
di indonesia. Sebenanarnya kurang lebih ada 5 teori besar penyebaran islam di
Indonesia, yaitu :
·
Teori Arab
·
Teori Gujarat
·
Teori China
·
Teori Persia
·
Teori Benggali
Semua
negara pada teori-teori ini memang menyebarkan islam di Indonesia, namun negara
manakah yang pertama kali menyentuh Indonesia dengan membawa ajaran islam?
Selat
Malaka adalah pintu gerbang menuju lautan Nusantara, maka dari itulah Malaka
merupakan daerah yang memungkinkan pertama kali disentuh oleh islam. Karena
bukti yang terdapat pada abad ke 7 dan 8 telah ditemukan pekampungan islam di
sekitar Malaka.
Wilayah
Nusantara yang banyak tersentuh islam adalah bagian pesisir pantai, baru
kemudian wilayah pedalaman. Karena jalur pesisir merupakan jalur perdagangan,
sehingga lebih banyak pedagang yang melakukan kunjungan didaerah ini.
Islam
sangat mudah diterima oleh banyak orang karena ajarannya yang tidak mengenal
kasta. Pada saat islam datang di Nusantara, masyarakat sudah memiliki kekuatan
politik yang cukup besar. Pesatnya perkembangan islam juga didalangi oleh
runtuhnya kerajaaan hindu-buddha di Nusantara.
Dalam
laporan perjalanan yang di tulis Marcopolo tahun 1292 M saat bersinggah di
Pasai disebutkan bahwa pedagang Arablah yang pertama kali mennyebarkan agama
islam di Indonesia. Begitu pula dengan penemuan batu nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa
Timur yang berangka tahun 1082.
Dan juga tentang catatan Ibnu
Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra Pasai menganut
paham Syafi’i.
Terlepas
dari teori Arab, dalam bukunya yang bertajuk Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa
dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Slamet Muljana menyebutkan bahwa sebenarnya islam yang ada di
Nusantara, dan di Jawa khususnya, bukanlah islam yang “murni” dari Arab,
melainkan islam hibrida yang memiliki banyak varian. Muljana menaruh perhatian
pada peran orang-orang China (Tionghoa) dalam proses islamisasi di Nusantara.
Muljana
mengisahkan bahwa pada 1445, Raden Rahmad atau Sunan Ampel adalah
pendatang asal Yunan yang bernama asli Bong Swi Hoo, cucu Bong Tak Keng,
penguasa tertinggi Campa. Disebutkan juga Sunan Kalijaga yang masa
mudanya bernama Raden Said itu tak lain dari Gan Si Cang. Sedangkan Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, menurut Muljana, adalah Toh A Bo,
putra dari Tung Ka Lo, alias Sultan Trenggana. Dan Sunan Giri,
yang merupakan murid Sunan Ampel, juga berasal dari Cina. Ini dikaitkan dengan
ayah Sunan Giri yang bernama Sayid Ishak, yang tak lain adalah paman dari Sunan
Ampel alias Bong Swi Hoo sendiri. Sementara itu, Sunan Kudus atau Jafar
Sidik juga disinyalir keturunan Cina bernama Ja Tik Su.
Dalam
bukunya itu setidaknya ada 6 Wali Songo merupakan keturunan China. Muljana
mendasarkan kesimpulannya hanya bersumber dari buku yang ditulis oleh Mangaraja Onggang (M.O) Parlindungan. Buku Slamet Muljana
ini diterbitkan pada masa Orde Baru, namun peredarannya dilarang setelah 3
tahun dari waktu buku itu diterbitkan. Karena pada masa Orde Baru semua
hal yang berbau Tionghoa dilarang saat itu, sehingga “haram” hukumnya
mengaitkan Tionghoa ke dalam sejarah Islam Nusantara. Hal ini didasarkan oleh
peristiwa Gestok 1965.
Peristiwa
Orde Baru inilah yang membuat teori penyebaran islam yang datang dari pedagang
Arab menjadi sangat kuat. Seolah-olah islam akan lebih baik jika hanya
disebarkan oleh bangsa Arab, karena dari negara itulah islam berasal.
Catatan
sejarah tentang siapa atau orang mana yang sebetulnya pertama kali membawa
Islam ke Nusantara tidak pernah dituliskan dengan jelas. Itulah yang membuat
banyak versi mengenai teori penyebaran islam di Nusantara.
Namun
semua negara pada teori ini memang mempunyai peran pada kedatangan islam di
Nusantara. Mungkin saja mereka memang penyebar islam pertama di Nusantara,
tetapi dalam wilayah yang berbeda. Itu semua memang merupakan keyakinan
tersendiri bagi penduduk Nusantara. Siapapun atau negara manapun yang membawa
islam ke Nusantara, kita tetap harus meyakini bahwa islam adalah satu, yang
artinya ajarannya sama saja di setiap negara, seperti ajaran islam saat pertama
kali diturunkan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar