Senin, 22 Oktober 2012

Menganalisis Sejarah Penyebaran Islam Di Indonesia


Dalam artikel bertajuk Islam Arab Atau Islam Tiongkok? yang ditulis oleh Bonnie Triyana, dikatakan bahwa ada dua teori klasik tentang penyebaran islam di Nusantara. Pertama, dikemukakan oleh Niemann dan de Holander yang menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh pedagang Timur Tengah. Kedua, adalah teori pedagang Gujarat yang diusung oleh Pijnapel dan kemudian diteliti lanjut oleh Snouck Hurgronje, Vlekke, dan Schrieke.
Namun ada satu versi lagi yaitu Pedagang dari Chinalah yang justru menyebarkan Islam di indonesia. Sebenanarnya kurang lebih ada 5 teori besar penyebaran islam di Indonesia, yaitu :
·         Teori Arab
·         Teori Gujarat
·         Teori China
·         Teori Persia
·         Teori Benggali
Semua negara pada teori-teori ini memang menyebarkan islam di Indonesia, namun negara manakah yang pertama kali menyentuh Indonesia dengan membawa ajaran islam?
Selat Malaka adalah pintu gerbang menuju lautan Nusantara, maka dari itulah Malaka merupakan daerah yang memungkinkan pertama kali disentuh oleh islam. Karena bukti yang terdapat pada abad ke 7 dan 8 telah ditemukan pekampungan islam di sekitar Malaka.
Wilayah Nusantara yang banyak tersentuh islam adalah bagian pesisir pantai, baru kemudian wilayah pedalaman. Karena jalur pesisir merupakan jalur perdagangan, sehingga lebih banyak pedagang yang melakukan kunjungan didaerah ini.
Islam sangat mudah diterima oleh banyak orang karena ajarannya yang tidak mengenal kasta. Pada saat islam datang di Nusantara, masyarakat sudah memiliki kekuatan politik yang cukup besar. Pesatnya perkembangan islam juga didalangi oleh runtuhnya kerajaaan hindu-buddha di Nusantara.
Dalam laporan perjalanan yang di tulis Marcopolo tahun 1292 M saat bersinggah di Pasai disebutkan bahwa pedagang Arablah yang pertama kali mennyebarkan agama islam di Indonesia. Begitu pula dengan penemuan batu nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa Timur  yang berangka tahun 1082. Dan juga tentang catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra Pasai menganut paham Syafi’i.
Terlepas dari teori Arab, dalam bukunya yang bertajuk Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Slamet Muljana menyebutkan bahwa sebenarnya islam yang ada di Nusantara, dan di Jawa khususnya, bukanlah islam yang “murni” dari Arab, melainkan islam hibrida yang memiliki banyak varian. Muljana menaruh perhatian pada peran orang-orang China (Tionghoa) dalam proses islamisasi di Nusantara.
Muljana mengisahkan bahwa pada 1445, Raden Rahmad atau Sunan Ampel adalah pendatang asal Yunan yang bernama asli Bong Swi Hoo, cucu Bong Tak Keng, penguasa tertinggi Campa. Disebutkan juga Sunan Kalijaga yang masa mudanya bernama Raden Said itu tak lain dari Gan Si Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, menurut Muljana, adalah Toh A Bo, putra dari Tung Ka Lo, alias Sultan Trenggana. Dan Sunan Giri, yang merupakan murid Sunan Ampel, juga berasal dari Cina. Ini dikaitkan dengan ayah Sunan Giri yang bernama Sayid Ishak, yang tak lain adalah paman dari Sunan Ampel alias Bong Swi Hoo sendiri. Sementara itu, Sunan Kudus atau Jafar Sidik juga disinyalir keturunan Cina bernama Ja Tik Su.
Dalam bukunya itu setidaknya ada 6 Wali Songo merupakan keturunan China. Muljana mendasarkan kesimpulannya hanya bersumber dari buku yang ditulis oleh Mangaraja Onggang (M.O) Parlindungan. Buku Slamet Muljana ini diterbitkan pada masa Orde Baru, namun peredarannya dilarang setelah 3 tahun dari waktu buku itu diterbitkan. Karena pada masa Orde Baru semua hal yang berbau Tionghoa dilarang saat itu, sehingga “haram” hukumnya mengaitkan Tionghoa ke dalam sejarah Islam Nusantara. Hal ini didasarkan oleh peristiwa Gestok 1965.
Peristiwa Orde Baru inilah yang membuat teori penyebaran islam yang datang dari pedagang Arab menjadi sangat kuat. Seolah-olah islam akan lebih baik jika hanya disebarkan oleh bangsa Arab, karena dari negara itulah islam berasal.
Catatan sejarah tentang siapa atau orang mana yang sebetulnya pertama kali membawa Islam ke Nusantara tidak pernah dituliskan dengan jelas. Itulah yang membuat banyak versi mengenai teori penyebaran islam di Nusantara.
Namun semua negara pada teori ini memang mempunyai peran pada kedatangan islam di Nusantara. Mungkin saja mereka memang penyebar islam pertama di Nusantara, tetapi dalam wilayah yang berbeda. Itu semua memang merupakan keyakinan tersendiri bagi penduduk Nusantara. Siapapun atau negara manapun yang membawa islam ke Nusantara, kita tetap harus meyakini bahwa islam adalah satu, yang artinya ajarannya sama saja di setiap negara, seperti ajaran islam saat pertama kali diturunkan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar